Suatu hari kancil sedang
kelaparan mencari-cari mentimun. Dimana-mana dia tidak menemukan mentimun yang
siap dimakannya. Selalu ditemuinya kebun yang usai dipanen, atau kebun yang
berisi mentimun-mentimun yang masih terlalu muda. Sambil berjalan dengan gontai,
kancil akhirnya bertemu dengan Kodi si Kodok kecil.
"Kenapa kancil berjalan
gontai sekali?" tanya Kodi
"Aku lapar sekali Kodi. Dari
tadi mencari mentimun tidak pernah dapat. Engkau tahu tidak, tempat yang banyak
mentimunnya?" tanya Kancil kepada Kodi
"Eeeeee, aku tahu. Tapi aku
tidak yakin engkau bisa ke sana" jawab Kodi
"Dimana itu Kodi!!!"
seru Kancil senang sekali.
"Tidak jauh dari sini. Hanya
menyeberangi sungai kecil ini" jawab Kodi
"Tapi, bukannya sungai ini
penuh dengan buaya?" tanya Kancil
"Nah, itu masalahnya kenapa
aku tidak yakin engkau bisa ke sana" ujar Kodi selanjutnya.
Kancil diam. Di satu sisi, dia
lapar sekali dan ingin makan mentimun banyak-banyak. Di sisi lain, dia juga
tahu bahwa buaya-buaya di sungai itu sangat ganas-ganas sekali. Melihat kancil
diam, Kodi pun pergi untuk melanjutkan perjalanannya tanpa melupakan untuk
berpamitan terlebih dahulu.
Sampai akhirnya kancil di pinggir
sungai itu dan terlihat oleh seekor buaya.
"Ha ha ha, kenapa Cil, sudah
bosan hidup dan menyerahkan badanmu untuk aku makan?" tanya Dille si
buaya.
"Tidak Dille. Buat apa aku
menyerahkan badanku yang kurus sekali ini kepadamu? Pasti tidak mengenyangkan
perutmu. Lebih baik, engkau antar aku ke seberang sungai ini. Di sana ada kebun
mentimun yang luas sekali. Nanti, setelah aku gemuk, bolehlah engkau makan aku
sebagai balas jasanya" ujar kancil tanpa putus-putus.
Berpikirlah Dille dengan baik.
Kalau sekarang kancil dimakannya, tentuk kurang enak dibandingkan jika setelah
kancil kenyang. Dan berkatalah Dille: "Naiklah ke punggungku, akan aku
seberangkan dirimu ke kebun mentimun. Asalkan engkau tidak mengingkari
janjimu".
Maka diseberangkanlah si Kancil
ke kebun mentimun itu. Begitu sampai di seberang sungai, tidak lupa mengucapkan
terimakasihnya, kancil segera menyantap mentimun-mentimun yang segar sekali
tersebut.
Setelah kenyang dan sempat
tertidur sebentar, si Kancil ingin pulang ke rumahnya. Di pinggir sungai si
Kancil diam seribu bahasa melihat 8 ekor buaya berenang kian kemari. Buaya yang
tadi sudah menyeberangkan si Kancil berteriak: "Bagaimana kancil? Sudahkah
kau kenyang? Hendak kami makan bagaimana kancil yang malang ini?"
Dengan cepat kancil mendapatkan
ide cemerlang.
"Kami? Maksudmu kalian semua
yang akan memakan aku?" tanya kancil.
"Iya, kami semua. Apakah
engkau keberatan?" tanya Dille
"Wah, kalau harus semuanya,
aku harus menghitung kalian semua. Aku takut tidak cukup"
"Menghitung? Menghitung kami
semua?" tanya Dille dan kawan-kawannya
"Iya, menghitung kalian
semua. Apakah kalian tahu jumlah kalian semua?" tanya kancil kemudian.
"Hmmm, tidak tahu. Kami
tidak tahu jumlah kami semua" jawab kawanan buaya tersebut.
"Baiklah, kalian berjajar
sepanjang sungai ini, nanti aku akan menghitungnya. Berjajar yang rapi
ya...." Kata si Kancil dengan cerdiknya.
Setelah buaya-buaya tersebut
berjajar hinggu diseberang sungai ini, kancil mulai menghitung dengan menginjak
kepala setiap buaya sampai masing-masing buaya berteriak mengaduh kesakitan.
Begitu sampai di seberang segera kancil berlari menjauh dari sungai sambil
berteriak "Delapan dan terimakasih buaya-buaya tolol. Aku sudah memeriksa
kepala kalian yang ternyata memang tidak ada yang punya otak". Dille dan
kawan-kawannya hanya bisa memaki dan marah atas kebodohan mereka sendiri, sehingga
kancil bisa meloloskan diri dari santapan mereka.
Sumber : ocehan-aguk.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar